Letter for Ladies

Pertama-tama, kalian perlu tahu kalau aku juga perempuan. Banyak orang mengatakan aku ini emotionally unavailable, tapi percayalah, aku seorang feminis. Berikut ini adalah hal-hal yang kupelajari mengenai menjadi perempuan dan menjadi feminis:

Kalian semua manusia, bukan objek

Ketika aku melihat wanita-wanita di sampul majalah yang mengenakan bikini, wanita-wanita yang berdandan seperti prostitute di iklan-iklan dan film-film, ada perasaan aneh dan tidak terima. Mereka semua diekspos seperti objek. Wanita menjadi senjata advertisement untuk mendongkrak penjualan, semua itu untuk kepentingan komersial, yang pada akhirnya mengubah cara masyarakat melihat wanita: mereka melihat wanita seperti objek.
Bukan berarti aku menentang pekerjaan model, bintang iklan, dan sebagainya, aku hanya ingin menegaskan satu hal: kalian itu manusia, bukan objek. Kalian adalah subjek terhadap hidup kalian, pikiran kalian, tubuh kalian, bukan objek bagi orang lain. Setiap kali kalian merasa diperlakukan seperti objek, katakanlah kalau kalian itu manusia, dan kalian berhak diperlakukan dengan hormat seperti halnya manusia.

Jangan terjebak dengan konsep sosok 'wanita sempurna'

Tidak ada wanita sempurna seperti halnya tidak ada manusia sempurna. Semua wanita itu berbeda-beda seperti halnya semua manusia itu berbeda-beda. Tidak semua wanita bisa menjadi 'malaikat bersayap', aktris cantik, atau apapun yang dunia katakan tentang konsep 'wanita sempurna'. Tidak semua orang terlahir untuk menjadi penyanyi, tidak semua orang terlahir untuk menjadi insinyur. Jalanilah hidup kalian sebagaimana hati kalian bicara. Kalian tidak perlu memaksakan diri menjadi 'feminim' seperti yang masyarakat inginkan jika itu mengganggu.

Kesetaraan gender bisa jadi kebebasan yang membutakan

Di dunia ini, banyak perempuan mengaku feminis. Mereka semua berasal dari karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Wanita-wanita yang ingin gaji setara dengan kolage mereka, wanita-wanita yang malas mencukur bulu kaki mereka, wanita-wanita yang hanya ingin telanjang di muka umum, dan masih banyak lagi. Banyak dari mereka yang berunjuk rasa, menyampaikan opini berapi-api tentang kesetaraan gender hingga bagian paling detil dan sederhana, seolah itu masalah luar biasa. Aku juga seorang feminis, tapi harus kuakui aku membuat definisi feminisme-ku sendiri, karena menurutku, di luar sana, banyak wanita yang menyalah artikan kesetaraan gender. Mereka menggunakan kesetaraan gender supaya mereka diperlakukan serupa, sama persis laki-laki, tapi sekarang lihatlah: apa yang ingin kalian setarakan? Jika itu gaji kalian, silahkan saja. Hak politik, silahkan. Tapi bagaimana dengan insting alami dan kapasitas biologis? Tuhan sudah mengaturnya. Laki-laki dan perempuan memang diciptakan berbeda, tapi kita hidup bersama, dan itulah yang membuat keharmonisan. Wanita tidak bisa terus-terusan marah dan menuntut pada laki-laki, karena setiap gender menanggung bebannya masing-masing. Mungkin kalian pikir menjadi laki-laki ratusan kali lebih mudah daripada menjadi perempuan, tapi dari mana kalian tahu? Kalian belum pernah berdiri di atas sepatu laki-laki.

Being single is absolutely awesome

Because, why would you need a man if you can stand on your own? Berdirilah seperti patung Liberty. Kokoh, bebas, dikagumi, menginspirasi banyak orang. Jika kalian sudah sampai pada pemahaman ini, maka semua sindiran tentang wanita lajang akan keluar lewat telinga kiri kalian dengan sangat cepat. Hidup ini terlalu indah jika hanya untuk memikirkan laki-laki, terlalu luas jika hanya untuk mengkhawatirkan urusan cinta. Cinta tidak hanya datang dari partner, dia datang dari manapun. Dari pekerjaan kalian, dari teman-teman kalian, dari keluarga kalian, dan tentu saja: dari diri kalian untuk diri kalian sendiri. Banyak orang hebat melakukan hal hebat ketika mereka sendiri, maka lakukanlah hal-hal hebat sebelum kalian bertemu 'the one'. Karena waktu setiap orang di dunia ini terbatas, jangan sia-siakan waktumu.

*Raise you glass for me. I just wrote something beyond useless :v